
JAKARTA (25/1-2021)
Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (26/1) besok mulai menggelar persidangan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) kepala daerah (Pilkada) tahun 2020. Juru Bicara MK Fajar Laksono Soeroso mengatakan, MK telah menerima permohonan permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) gubernur, wali kota, dan bupati 2020 sebanyak 136 permohanan. Atas permohonan tersebut, MK telah menerbitkan buku registrasi perkara konstitusi (BRPK) dengan 132 perkara teregistrasi.
Ia menyebutkan, empat permohonan gugur atau tidak akan disidangkan MK yakni Kota Magelang yang telah dicabut kembali oleh pemohon, kemudian Kabupaten Pegunungan Bintang, Kepulauan Aru, dan Mamberamo Raya karena memiliki akta pengajuan permohonan pemohon (AP3) ganda.Â
Fajar menegaskan ruang lingkup kewenangan MK dalam sengketa Pilkada Tahun 2020 hanya dalam soal perkara hasil pemilihan (PHP). Tak hanya itu, MK juga member patokan yang jelas tentang selisih suara yang bisa dijadikan gugatan. “Pihak-pihak yang akan menggugat sengketa hasil pemilihan harus mengajukan gugatan ke MK dalam waktu dan syarat ketentuan yang telah diatur UU nomor 8 tahun 2015 pasal 158,†terangnya.
Dalam perkara PHP, pemohon harus memperhatikan selisih suara dimana dalam UU Pilkada telah mengatur patokan selisih suara yang bisa mengajukan gugatan. Disebutkan, patokan selisih suara yang disengketakan dengan pedoman kepada jumlah penduduk di daerah yakni untuk provinsi yang jumlah penduduknya dibawah 2 juta selisih suara adalah 2 persen sedanhkan dengan jumlah penduduk 2 juta sampai 6 juta, selisih suara 1,5 persen dan 6 juta sampai 12 juta selisihnya 1 persen serta diatas 12 juta selisihnya 0,5 persen.
Sedangkan untuk kabupaten dan kota, jumlah penduduk dibawah 150 ribu selisih suara yang bisa disengketakan adalah 2 persen, 150 ribu sampai 250 ribu 1,5 persen, 250 ribu sampai 500 ribu 1 persen dan diatas 500 ribu selisihnya 0,5 persen.Â
Diuraikan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UndangUndang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum, serta wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Humas Mahkamah Konstitusi.(sK012)
Berita Lainnya

JOKOWI JUGA BISA
nbsp;catatan berburu pahala di akhirnbsp; ramadhan 2025nbsp;(9) KASIH JOKOWI KEMBALInbsp;nbsp; RIYAL ....
- editor@ivan
- 29 Apr 2025
- 44

KB Harapkan Tahun Depan Batam Sudah Punya Kantor Camat Baru
SANGATTA (19/3-2021)Wakil Bupati (Wabup) Kutim menyatakan dalam tahun 2021 ini, Kecamatan Batu Ampar ....
- editor@ivan
- 19 Mar 2021
- 494

Membedah Dakwaan Kasus Gratifikasi Pejabat Kutim (11) : Ism dan EUF,Terima Fee Proyek Sebesar Rp22 M
PADA Tahun 2020, Sernithanbsp; kembali menemui Musyaffa di Kantor Bapendanbsp; Kutai Timur untuk men ....
- editor@ivan
- 03 Des 2020
- 772

Server Bapenda Sudah Baik, Layanan Samsat Kembali Dibuka
SAMARINDA (6/7-2021)Gangguan server Bapenda Kaltim yang terjadi Senin (5/7) kemarin, berhasil diperb ....
- editor@ivan
- 06 Jul 2021
- 491

Samarinda, Kubar, Kutim, PPU, dan Kukar Masuk Level 4
SAMARINDA (24/7-2021)Terus meningkatnya kasus Covid 19 di Kaltim, menyebabkan Kaltim bertahan di zon ....
- editor@ivan
- 24 Jul 2021
- 463