Kutai Timur

Catatan ke Turki (4) :Disambut Ramah Karyawan Can Restoran

Catatan ke Turki (4) :Disambut Ramah Karyawan Can Restoran Suasana malam hari di Stasiun Sultan Ahmed Fatih Istanbul

SEBAGAI negara yang mayoritas penduduknya muslim, tentu urusan makan tidak menjadi soal bagi ummat Islam. Karenanya hampir di semua rumah makan dan kedai-kedai yang ada semua menyajikan makanan yang terjamin kehalalannya.

               Meski demikian di beberapa toko dan restoran besar, juga disediakan minuman beralkohol tinggi seperti Wild Turkey. Namun harganya tergolong mahal, karena pajaknya juga besar. Di Istanbul, juga terdapat pub atau diskotik yang jam operasinya lebih kurang di Indonesia. “Umumnya yang minum minuman keras adalah warga pendatang, terlebih dimusim dingin,” terang Ahmed salah seorang pedagang di kawasan Fatih.

               Kembali ke persoalan makan, sayapun berusaha mencari rumah makan sesuai selera dan isi kantong saya jika tidak bisa bobol. Setelah menelusuri jalan-jalan di Fatih Sultan Ahmed, saya menemukan sejumlah rumah makan yang dikelola warga Turki.

               Saat melihat-lihat sajiannya, saya akhir tertuju pada sebuah menu makanan yang dimasak di atas terong. Menu yang say tidak tahu namanya ini, ternyata bagian atasnya kentang dan didalamnya terdapat potong ayam-ayam.

               Untuk menikmati menu khas Timur Tengah bersama segelas teh panas ini, ternyata tergolong mahal jua yakni 112 Lira Turki atau sekitar Rp115 ribu. Rumah makan di Istanbul umumnya bersih – bersih, pelayanannya cepat dan ramah-ramah. “Assalamu’alaikum, Indonesia, Marhaban,” sambut karyawan Can Restauran, sebuah rumah makan yang kali pertama saya kunjungi ketika berada di Istanbul.(bersambung/syafranuddin)

editor@ivan

Penulis Sejak 01 Nov 2020