Kutai Timur

Catatan ke Turki (2) : Masjid Sultan Ahmed Terlihat Dari Kamar

Catatan ke Turki (2) : Masjid Sultan Ahmed Terlihat Dari Kamar Masjid Sultan Ahmed Difoto Dari Jendela Kamar Saya

DENGAN menggunakan sebuah taksi yang sudah saya pesan semenjak di Kaltim, perjalanan dari Bandara IST ke Hotel Ararat Istanbul yang berada di areal Fatih, terbilang lancar. Awalnya saya mendapat informasi kerap terjadi kemacetan di Istanbul, namun kenyataannya tidak, sehingga perjalanan ke Hotel Ararat yang bersebelahan dengan Masjid Sultan Ahmed, teras cepat.

               Setiba di Hotel Ararat, saya langsung disambut Mohammad Ibrahim – manager hotel. Di Istanbaul terutama di kawasan Fatih yang merupakan kawasan bersejarah di Istanbul, boleh dikata tidak ada hotel-hotel besar seperti di Jakarta, Balikpapan dan Samarinda.

               Hotel di sekitar Hagia Sophia ini umumnya kecil-kecil, tak ada lift jadi. Untuk masuk hotel harus melewati lorong kecil. Namun, soal biaya jangan kaget, tarifnya menggunakan mata uang dollar Amerika atau Uero.

               Melihat hotel yang kecil-kecil jangan mimpi ada pelayanan seperti hotel yang kita rasakan selama ini. Umumnya fasilitas yang tersedia yakni sarapan pagi, sandal, handuk serta pemanas ruang termasuk teko namun tidak ada gula, teh serta kopi termasuk gelas.

               Ketika cek in, saya beruntung mendapat tawaran manajemen hotel untuk pindah kamar dari yang semula saya pesan. Kamar yang saya tempati, jendelanya tepat di depan Masjid Sultan Ahmed sehingga setiap waktu shalat terdengar jelas suara adzan dan di pagi hari tampak sekali burung camar dan gagak, terbang rendah bahkan sesekali mampir di ujung jendela kamar seakan-akan meminta di foto oleh saya.(bersambung/syafranuddin)

editor@ivan

Penulis Sejak 01 Nov 2020