Kutai Timur

Catatan Ke Turki 12 : Keluar Masuk Toko, Untuk Memanaskan Badan

Catatan Ke Turki 12 : Keluar Masuk Toko, Untuk Memanaskan Badan Saya ketika berada di sebuah pusat keramaian Istanbul hanya menggunakan sepatu sandal, sweater, serta tanpa jaket tebal, bandingkan dengan warga lainnya selalu memakai sepatu dan jaket tebal.

SEBAGAI wilayah yang termasuk Eropa, cuaca di Turki tak jauhnya dengan negara-negara Eropa lainnya. Berdasarkan catatan, antara bulan Januari hingga Maret, Turki dilanda musim dingin. Tak heran warga masyarakat apakah warga Turki atau pendatang, semua menggunakan sepatu, jaket tebal serta penutup kepala dan kuping.

            Memakai jaket tebal, tutup kepala dan kuping plus sepatu tentu saja agar tidak kedinginan karena pada jam-jam tertentu tepatnya antara pukul 15.00 hingga pukul 09.00, udara dingin sangat terasa menusuk terlebih dimalam hari.

            Bagi warga Turki terutama Istanbul, mereka jika berada di luar gedung selain memakai pakaian tebal atau tepatnya anti dingin, serta selalu bergerak sehingga bisa menimbulkan panas badan.

            Ditengah terpaan dingin yang menusuk tulang itu, sejumlah warga sempat heran melihat saya. Bahkan ada yang sempat berpaling melihat saya yang tampak begitu santai bahkan begitu asyik melihat-melihat bangunan yang ada.

            Sikap warga Istanbul yang selalu melirik saya itu, baru disadari ketika menikmati KRL Turki yang bersih, dan lengang. Dalam perjalan sebuah stasiun, saya sempat bertemu seorang wanita yang mengaku berprofesi guru.

            Dalam percakapan itu, ia sempat menanyakan asal saya dan tujuan ke Istanbul. Namun, yang membuat saya kaget ketika ia menayakan pakaian saya kok tidak memakai sepatu dan jaket plus tutup kepala atau kuping. “Anda kuat, dingin-dingin gini tanpa sepatu dan jaket padahal saat ini udara Isntanbul dingin sekali,” sebut wanita tadi.

            Mendengar pertanyaan sang guru tadi, saya baru sadar memang selama ini tidak ada persiapan apa-apa ke Turki. Sarung tangan saja yang saya bawa ternyata hanya sebelah  sehingga harus beli sementara sepatu yang digunakan sepatu sandal tanpa kaos kaki sehingga terbuka, kemudian jaket hanya sweater yang tipis.

            Alhamdulillah, karena selalu makan cokelat dan minum teh berikut jahe, udara dingin Istanbul bisa dilawan meski kerap keluar masuk toko cendramata sekedar untuk memanaskan badan plus keluar masuk WC.(bersambabung/syafarnuddin)

editor@ivan

Penulis Sejak 01 Nov 2020